Berikut beberapa Kata Kata pembangun Jiwa
Jalan hidup tak selamanya indah, kadang berliku bahkan menanjak.
Tapi di situlah cinta sejati di uji.
Dimana cinta dibuktikan dalam situasi2 sulit.
Dimana hati menemukan rumahnya
Hidup bahagia
Ikhlas hingga tak ada tempat di hati bagi yang lain.
Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika ia berdiri dan memberi perintah,
Namun ketika ia berdiri sama tinggi dengan orang lain dan
membantu orang lain untuk mengelarkan yang terbaik dari diri mereka
guna mencapai kesuksesan.
Ketika sebaris asa terukir
Segudang damai telah hadir
Cinta sejati tak akan pernah mati
Cinta sejati akan terus bersemi.
Maka hargailah cinta sebagai karunia sang pencipta
Cinta bagaikan air yang terus mengalir di hati kita
Ketulusan hati dan kesucian cinta telah menancapkan panah asmara di hati
Maka terhenti perjuangan cinta yang diperlukan.
Manusia di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk di cintai,
Tetapi untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna
Dengan cara yang sempurna.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Para filosof menyebut manusia sebagai Hayawanun Nathiqun.
Binatang yang berbicara.
Manusia itu binatang,
Hanya saja ia bisa bicara.
Bisa berkata-kata.
Itulah definisi manusia yang hanya mengutamakan nafsunya saja.
Nafsu jadi panglimanya.
Nafsu jadi timbangannya.
Dan nafsu itu tidak hanya nafsu pada perempuan saja.
Termasuk juga nafsu pada kemewahan dunia.
Al-Quran menjuluki manusia yang seperti itu dengan kalimat:
“Mereka seperti binatang ternak,
bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
Orang-orang yang dikendalikan oleh nafsunya adalah orang yang
lengah.
Orang yang tidak memiliki rusyd,
atau kesadaran penuh.
Orang seperti itu yang akan rugi di mana pun
dia berada.
Ia akan mudah dicocok hidungnya oleh setan
untuk dijerumuskan ke dalam jurang kebinasaan dan
kenestapaan.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
“Mencintai dengan timbangan fitrah dan bashirah.
Mencintai dengan kesucian dan mata hati.
Fithrah dan bashirah yang jadi timbangannya.
Yaitu, jika kita mencintai wanita bukan karena tertipu oleh kecantikan
paras wajahnya dan keelokan bentuk tubuhnya.
Bukan karena tersihir oleh matanya yang berkilat-kilat indah
seperti bintang kejora.
Bukan pula terpikat karena bibirnya yang ranum segar seperti mawar merekah.
Juga bukan karena keindahan suaranya yang susah dilupakan.
Bukan karena hartanya yang melimpah ruah.
Bukan karena kehormatannya,
yang kita akan jadi ikut terhormat karena menikahinya.
Jika bukan karena itu semua kita mencintainya.
Tapi kita mencintai dengan memakai timbangan fitrah kita,
dan matabatin kita.
Kita mencintai seorang wanita karena merasakan kesucian jiwanya dan agamanya,
dan mata batin kita condong karena kecantikan akhlak dan wataknya.
Hati kita terpikat karena harumnya kalimat-kalimat yang keluar dari lidahnya.
Saat itu kita telah mencintai lawan jenis dengan benar.”
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Dan tidak ada najis yang paling merusak kesucian umat
yang ingin berprestasi kecuali kemalasan.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Sampah masih bisa didaur ulang. Tapi manusia yang
telah mati sebelum mati jauh merepotkan daripada
sampah.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
“Penuntut ilmu jika jatuh cinta pada lawan jenisnya,
maka ilmu itu tidak akan bisa melekat pada akal,
pikiran dan hatinya.
Sebab akal,
pikiran dan hatinya telah
dikotori oleh bayangan semu kekasih hatinya.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Waktu terus berjalan,
menghasilkan pergantian jam.
Menghasilkan siang dan malam.
Menghasilkan sejarah kehidupan dan kematian.
Sejarah orang-orang yang gagal dan sejarah orang-orang yang berhasil.
Sejarah orang-orang yang malang dan sejarah orang-orang yang beruntung.
Waktu terus berjalan.
Setiap detik selalu ada perubahan.
Ya, waktu terus berjalan tanpa henti.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy
sumber :https://bagoesbachdim.wordpress.com/download/novel-novel/
Jalan hidup tak selamanya indah, kadang berliku bahkan menanjak.
Tapi di situlah cinta sejati di uji.
Dimana cinta dibuktikan dalam situasi2 sulit.
Dimana hati menemukan rumahnya
Hidup bahagia
Ikhlas hingga tak ada tempat di hati bagi yang lain.
Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika ia berdiri dan memberi perintah,
Namun ketika ia berdiri sama tinggi dengan orang lain dan
membantu orang lain untuk mengelarkan yang terbaik dari diri mereka
guna mencapai kesuksesan.
Ketika sebaris asa terukir
Segudang damai telah hadir
Cinta sejati tak akan pernah mati
Cinta sejati akan terus bersemi.
Maka hargailah cinta sebagai karunia sang pencipta
Cinta bagaikan air yang terus mengalir di hati kita
Ketulusan hati dan kesucian cinta telah menancapkan panah asmara di hati
Maka terhenti perjuangan cinta yang diperlukan.
Manusia di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk di cintai,
Tetapi untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna
Dengan cara yang sempurna.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Para filosof menyebut manusia sebagai Hayawanun Nathiqun.
Binatang yang berbicara.
Manusia itu binatang,
Hanya saja ia bisa bicara.
Bisa berkata-kata.
Itulah definisi manusia yang hanya mengutamakan nafsunya saja.
Nafsu jadi panglimanya.
Nafsu jadi timbangannya.
Dan nafsu itu tidak hanya nafsu pada perempuan saja.
Termasuk juga nafsu pada kemewahan dunia.
Al-Quran menjuluki manusia yang seperti itu dengan kalimat:
“Mereka seperti binatang ternak,
bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
Orang-orang yang dikendalikan oleh nafsunya adalah orang yang
lengah.
Orang yang tidak memiliki rusyd,
atau kesadaran penuh.
Orang seperti itu yang akan rugi di mana pun
dia berada.
Ia akan mudah dicocok hidungnya oleh setan
untuk dijerumuskan ke dalam jurang kebinasaan dan
kenestapaan.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
“Mencintai dengan timbangan fitrah dan bashirah.
Mencintai dengan kesucian dan mata hati.
Fithrah dan bashirah yang jadi timbangannya.
Yaitu, jika kita mencintai wanita bukan karena tertipu oleh kecantikan
paras wajahnya dan keelokan bentuk tubuhnya.
Bukan karena tersihir oleh matanya yang berkilat-kilat indah
seperti bintang kejora.
Bukan pula terpikat karena bibirnya yang ranum segar seperti mawar merekah.
Juga bukan karena keindahan suaranya yang susah dilupakan.
Bukan karena hartanya yang melimpah ruah.
Bukan karena kehormatannya,
yang kita akan jadi ikut terhormat karena menikahinya.
Jika bukan karena itu semua kita mencintainya.
Tapi kita mencintai dengan memakai timbangan fitrah kita,
dan matabatin kita.
Kita mencintai seorang wanita karena merasakan kesucian jiwanya dan agamanya,
dan mata batin kita condong karena kecantikan akhlak dan wataknya.
Hati kita terpikat karena harumnya kalimat-kalimat yang keluar dari lidahnya.
Saat itu kita telah mencintai lawan jenis dengan benar.”
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Dan tidak ada najis yang paling merusak kesucian umat
yang ingin berprestasi kecuali kemalasan.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Sampah masih bisa didaur ulang. Tapi manusia yang
telah mati sebelum mati jauh merepotkan daripada
sampah.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
“Penuntut ilmu jika jatuh cinta pada lawan jenisnya,
maka ilmu itu tidak akan bisa melekat pada akal,
pikiran dan hatinya.
Sebab akal,
pikiran dan hatinya telah
dikotori oleh bayangan semu kekasih hatinya.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy}
Waktu terus berjalan,
menghasilkan pergantian jam.
Menghasilkan siang dan malam.
Menghasilkan sejarah kehidupan dan kematian.
Sejarah orang-orang yang gagal dan sejarah orang-orang yang berhasil.
Sejarah orang-orang yang malang dan sejarah orang-orang yang beruntung.
Waktu terus berjalan.
Setiap detik selalu ada perubahan.
Ya, waktu terus berjalan tanpa henti.
{By: Novel Mahkota Cinta, Habiburrahman El Shirazy
sumber :https://bagoesbachdim.wordpress.com/download/novel-novel/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar